Economy Okezone

Wednesday, November 25, 2009

Reksadana Saham Masih Jadi Primadona

Rabu, 25 November 2009 - 17:35 wib

JAKARTA - Reksadana saham akan menjadi primadona pada 2010 seiring
pemulihan krisis ekonomi global. Namun, jika melihat proyeksi suku bunga
di 2010 yang meningkat, sebaiknya investor membeli rekasadana
terproteksi (obligasi).

Kalaupun reksadana pendapatan tetap, sebaiknya membeli setelah tingkat
suku bunga naik sehingga harganya tidak tergerus. Selain reksadana saham
dan pendapatan tetap atau terproteksi, reksadana penyertaan terbatas
yang berbasis proyek dinilai akan menjadi buruan investor khususnya,
investor perbankan.

Pasalnya, dalam satu kali penyertaan saja, dapat menyerap dana yang
cukup besar. "Ini akan menarik bagi investor institusi," kata analis
dari Infovesta Rudyanto, di Jakarta, Rabu (25/11/2009).

Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK), hingga kuartal III-2009 dana kelolaan mencapai Rp106,7
triliun.

Rinciannya adalah reksadana saham (equity funds) sebesar Rp36 triliun,
atua naik 84,3 persen dibandingkan periode yang sama di 2008. Reksadana
ini menjadi kontribusi terbesar dari total jenis reksadana. "Bobotnya
besar karena terpengaruh oleh pasar saham," tuturnya.

Posisi kedua ditempati reksadana terproteksi mencapai Rp30,4 triliun
atau tumbuh 5,31 persen dari periode sebelumnya. Posisi berikutnya
adalah reksadana pendapatan tetap yang mencapai Rp16,4 triliun atau
tumbuh 41,5 persen dari periode sebelumnya.

"Pendapatan tetap cenderung stagnan karena ada tren shifting
(pengalihan) ke protected funds (reksa dana terproteksi)," ujar Abi.

Selanjutnya, reksadana campuran sebesar Rp13,9 triliun yang mengalami
pertumbuhan sebesar 38,6 persen. Berikutnya reksadana pasar uang sebesar
Rp4,73 triliun atau naik 106,6 persen dari periode yang sama di 2008.
Posisi terakhir adalah reksadana syariah yang mencapai Rp3,8 triliun.
"Namun pertumbuhannya menjadi yang terbesar yaitu 400 persen seiring
peluncuran sukuk di tahun ini," katanya. (Whisnu Bagus /Koran SI/ade)

Saturday, November 21, 2009

Surat Utang Berbasis Syariah Kian Digemari

Sabtu, 21 November 2009 - 15:24 wib
Andina Meryani - Okezone

BANDUNG - Surat utang berbasis syariah memang sedang menjadi primadona
dalam beberapa tahun belakangan. Pengguna sukuk pun semakin bertambah,
salah satunya adalah PT Astra Sedayu Finance (ASF).

Perusahaan konsultan keuangan itu menjajaki kemungkinan untuk
mengeluarkan surat utang berbasis syariah (sukuk) sebagai salah satu
sumber pembiayaannya tahun 2010.

"Kita sedang menjajaki kemungkinan menerbitkan sumber dana berbasis
syariah" ujar Direktur PT Astra Sedayu Finance, Hugeng Gozali, dalam
paparannya di Workshop Wartawan Pasar Modal, di Lembang, Bandung, Jumat
(20/11/2009)

Selain sukuk, rencananya ASF juga akan menerbitkan sumber pembiayaan
lain yang biasa dilakukan seperti penerbitan Obligasi dan atau MTN serta
pembiayaan dari bank luar negeri. Namun, dia tidak mau menyebutkan
berapa kisaran total sumber pendanaan yang akan dikeluarkan pada tahun
depan.

"Untuk saat ini belum ditentukan besarannya berapa, tergantung market.
Kalau untuk obligasi sendiri biasanya antara Rp800 miliar sampai dengan
Rp1 triliun" tambahnya.

Adapun, obligasi dan Medium Term Notes (MTN) PT Astra Sedayu Finance
yang akan jatuh pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 1,302 triliun yang
terdiri dari bond VII,VIII, IX, X, MTN I.

Sedangkan untuk tahun 2012, MTN dan obligasi yang jatuh tempo sebesar Rp
1,390 triliun dan 2012 sebesar Rp 260 miliar.(ahm)

Wednesday, November 18, 2009

10 Cara Menghindari Kerugian Transaksi "Forex"

Selasa, 17 November 2009 | 11:45 WIB

KOMPAS.com - Kita semua pasti setuju bahwa bertransaksi forex bisa
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit (high risk, high return).
Banyak orang mencoba dengan berbagai cara untuk membatasi kerugian
mereka dalam bertransaksi namun seringkali tidak efektif.

Berikut ini kami berikan tips yang efektif cara terbaik menghindari
kerugian dalam transaksi forex.
1. Over trading
Melakukan transaksi yang berlebihan terhadap dana yang kita miliki.
Transaksi forex adalah sistem margin sehingga sangat beresiko, maka kita
perlu memperhitungkan dengan cermat berapa sebaiknya jumlah lot yang
kita transaksikan. 10 persen dari dana yang kita miliki setiap masuk
posisi adalah salah satu cara yang baik.

2. Memahami Efek suatu Berita (Fundamental)
Trader yang bertransaksi dengan mengandalkan berita beberapa kali kecewa
karena tidak sesuai dengan yang mereka prediksi. Maka sangat penting
bagi trader untuk memahami dengan jelas berita yang akan diumumkan dan
mencari tahu bagaimana pasar mengantisipasinya.

3. Tidak Bergantung Pada Orang Lain
Trader yang berhasil adalah trader yang mengandalkan kemampuannya
sendiri sehingga dapat mengetahui apakah analisanya efektif atau tidak,
bukan karena bergantung pada analisa orang lain.

4. Over Confident
Hal ini seringkali menjadi masalah besar dalam transaksi. Terlalu
percaya diri sangat berbahaya karena kadangkala kita tidak persis apa
yang terjadi di pasar. Terlalu banyak faktor yang mempengaruhi.

5. Chartist
Trader yang terlalu mengandalkan chart dalam transaksi. Memang
pergerakan harga cenderung bergerak dalam pola yang sudah ada namun
berita (fundamental) ataupun kebijakan tertentu bisa merubah tren di
pasar. Baik kalau membuat kombinasi keduanya.

6. Gunakan Stop Loss
Ada dilema yang harus dihadapi trader dalam bertransaksi di forex,
ketika posisi mereka menyentuh stop loss harga kembali berbalik ke arah
yang sudah mereka prediksi. Namun banyak kasus membuktikan bahwa tanpa
stop loss kerugian trader bisa sangat tidak terbatas.

7. Sistem trading yang sederhana
Ada kecenderungan bahwa semakin banyak indikator yang kita gunakan dalam
chart akan lebih banyak sinyal yang kita peroleh. Namun kenyataannya,
semakin banyak indikator membuat kita bingung karena masing-masing
memberi sinyal yang berbeda. Menggunakan 2 atau 3 indikator dapat
mempermudah kita untuk masuk pasar.

8. Sistem Automated trading
Banyak trader terlalu yakin dengan sistem robot trading tertentu
sehingga tidak melakukan intervensi sedikitpun. Masalah mulai timbul
ketika tren pasar berubah. Kontrol terus sistem robot yang kita gunakan
dalam transaksi forex.

9. Trading by Moment
Tidak perlu setiap hari masuk pasar. Ambil posisi pada saat Anda melihat
momen yang cocok untuk masuk. Jika tidak ada momen, lebih baik berdiam
diri seraya terus memantau pasar.

10. Tidak pernah berhenti Belajar
Para pemula seringkali menganggap mudah dalam bertransaksi forex
sehingga tidak mau lagi meluangkan waktu untuk belajar lebih jauh.
Dengan terus belajar maka Anda akan mengetahui lebih jelas seluk-beluk
transaksi di forex. (JG /Head of Research & Analyst Monex)

Editor: Edj

Sumber : www.mifx.com

Sunday, November 15, 2009

Tawaran Waralaba Apotek dari Kimia Farma

Sabtu, 14/11/2009 11:01 WIB
Suhendra - detikFinance

Jakarta - PT Kimia Farma Tbk menawarkan sebuah sistem waralaba
(franchise ) untuk pembukaan toko apotek berlabel Kimia Farma.
Keberadaan waralaba apotek Kimia Farma ini akan melengkapi sistem
kerjasama operasional (KSO) apotek yang selama ini telah berjalan.

Bagi yang berminat maka setidaknya harus merogoh kocek hingga Rp 460
juta (di luar sewa tempat) khusus untuk pembukaan apotek baru, sedangkan
untuk apotek yang akan dikonversi (apotek lama) hanya Rp 350 juta. Pihak
Kimia Farma mengenakan royalty fee 1,5% dari penjualan per bulan,
dengan masa kerjasama waralaba yang ditawarkan selama 6 tahun.

Kimia Farma menjamin tingkat pengembalian modal akan kembali dalam waktu
3-4 tahun semenjak dimulai investasi. Selain mendapat stok obat sebesar
Rp 150 juta, mitra franchise juga akan mendapat kelengkapan brand sign,
perizinan, pembuatan rak, counter dan furnitur, point of sales dan
sistem informasi, training SDM, peralatan apotek seperti AC, kulkas, TV,
alat tulis kantor.

"Investasi sebesar Rp 450 juta itu sebagian untuk stok (obat), komputer,
software, termasuk training dan pegawai dan lainnya," kata Direktur
Utama Kimia Farma Sjamsul Arifin dalam acara konferensi pers peluncuran
franchise apotek di JCC, Jakarta, Jumat (13/11/2009).

Kimia Farma menargetkan per tahunnya bisa membuka gerai franchise apotek
sebanyak 100 gerai usaha, sehingga akan memberikan kontribusi penjualan
apotek per tahunnya hingga 20%. Pada tahun 2008 lalu saat perseroan
membukukan pendapatan Rp 2,7 triliun kontribusi unit usaha apotek
memberikan kontribusi hingga Rp 1,3 triliun.

Saat ini setidaknya sudah ada 370 apotek Kimia Farma yang tersebar di
seluruh Indonesia, diantaranya sebanyak 133 apotek hasil kerjasama
operasional (KSO) binaan Kimia Farma. Dalam waktu lima tahun kedepan
Kimia Farma menargetkan sebanyak 1000 outlet apotek yang telah dibuka
termasuk dari KSO dan Franchise.

"Kalau sistem franchise mitra usaha itu harus aktif mengelola apotek,
kalau KSO yang mengelola itu kimia Farma, itu yang membedakan antara
tawaran franchise dengan KSO," jelas Sjamsul.

Tertarik?

PT Kimia Farma Apotek
Jl. Budi Utomo No.1 Jakarta Pusat 10710
Telp 021-385 7245, Fax 021-3811187
Email : franchise@kimiafarmaapotek.com

(hen/dnl)

Tuesday, November 3, 2009

Reksa Dana Saham Tergerus Lebih Dalam

Selasa, 3 November 2009 - 06:59 wib

JAKARTA - Tekanan bertubi tubi sentimen negatif bursa global terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG) bulan lalu turut melemahkan kinerja
reksa dana, terutama reksa dana saham.

Selama 30 hari terakhir atau sepanjang Oktober 2009, return atau hasil
investasi reksa dana saham secara rata-rata turun 4,89 persen. Penurunan
ini lebih besar dibandingkan kinerja IHSG yang sepanjang bulan lalu
hanya tergerus 4,04 persen ke level 2.367,7. Analis lembaga riset
Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai wajar kinerja reksa dana saham
yang lebih rendah di saat bursa saham turun. "Reksa dana saham memang
lebih agresif dibandingkan IHSG," katanya di Jakarta kemarin.

Wawan menjelaskan, Manajer Investasi (MI) selalu berupaya memberikan
kinerja yang memuaskan untuk investornya. Alhasil, selalu diupayakan
transaksi, sehingga berpotensi merugi ketika bursa saham jatuh. Selain
itu,kinerja yang lebih rendah disebabkan adanya biaya pengelolaan yang
membuat hasil investasi di reksa dana saham lebih kecil. Semua reksa
dana saham,yang mencapai 71 produk, tercatat tergerus kinerja bursa saham.

Lima produk yang paling parah terkena imbas, Jakarta Blue Chip yang
diterbitkan PT Jakarta Investment yang turun 10,12 persen, BNI Dana
Berkembang yang dikeluarkan PT BNI Securities (-10,4 persen), Batasa
Equity Syariah yang diterbitkan PT Batasa Capital (-11,14 persen),
Makinta Mantap milik PT Makinta Securities sebesar 14,66% dan terparah
Paramitra Premium yang diterbitkan PT Paramitra Alfa Sekuritas,
berkurang 17,58 persen. Senada dengan Wawan, Presiden Direktur Fortis
Investment Eko B Pratomo mengatakan, koreksi yang terjadi pada saham dan
selanjutnya berimbas kepada reksa dana saham cukup wajar.

Penurunan kali ini justru memberikan kesempatan kedua bagi investor yang
tidak sempat membeli pasar reksa dana saat bursa global jatuh tahun
lalu. "Banyak orang yang ketinggalan dan akhirnya menunggu.Ini adalah
saat yang baik, meskipun fluktuasi ini memang membuat investor ragu
kapan waktu yang tepat,"tuturnya. Dia memaparkan,dalam jangka panjang,
pasar akan naik bila melihat prospek dan fundamental perekonomian
Indonesia yang baik.

Alhasil, investor yang masih ragu disarankan untuk disiplin menentukan
pada level rendah manakah IHSG yang tercipta sebelum memutuskan membeli
reksa dana saham. Dalam situasi seperti ini, reksa dana saham
direkomendasikan untuk investasi jangka panjang. Sementara itu, untuk
pemain reksa dana dalam jangka pendek riset Infovesta merekomendasikan
investor untuk mengoleksi reksa dana saham pada awal bulan ini.

Data historis10 tahun terakhir menunjukkan, investor yang membeli reksa
dana saham pada November dan menjualnya akhir tahun selalu
untung."Tetapi reksa dana saham memang tidak bisa jangka pendek. Harus
panjang, setidaknya tiga tahun, baru kemudian bisa mengalahkan kinerja
IHSG," kata Wawan. (Muhammad Ma'ruf/Koran SI/css)(okezone)

Monday, November 2, 2009

Pasar Terpengaruh Kisruh KPK

Senin, 2 November 2009 | 05:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Kasus Bank Century dan upaya pelemahan Komisi
Pemberantasan Korupsi diindikasikan telah memengaruhi pasar uang dalam
negeri. Indonesia semakin dicirikan sebagai negara yang menjadi surga
bagi permainan uang panas.

"Kasus Bank Century dan pelemahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
menunjukkan tak adanya kepastian hukum. Akibatnya, investor semakin
berani bermain uang panas di pasar modal Indonesia," kata Yanuar Rizky,
pengamat pasar modal, di Jakarta, Minggu (1/11).

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan
Putro di Jakarta mengatakan, penahanan Bibit Rianto dan Chandra M Hamzah
secara sewenang-wenang oleh polisi tidak hanya melukai rasa keadilan
masyarakat, tetapi secara nyata telah pula berdampak pada memburuknya
iklim investasi Indonesia.

"Saya mendapat telepon dari beberapa investor di luar negeri yang
mempertanyakan langkah arogan polisi. Mereka berniat menarik atau
membatalkan investasinya karena khawatir zaman Orde Baru yang sewenang-
wenang terhadap hukum akan terulang kembali," kata Ismed.

Uang panas

Yanuar mengatakan, indikasi menguatkan permainan uang panas itu terlihat
dari terus bertambahnya kerentanan (volatilitas) kurs dalam indikator
pasar uang dalam beberapa bulan terakhir. "Harga saham juga dimainkan
lebih dalam untuk mendapat selisih kurs (untuk sedot devisa) lebih
tinggi," katanya.

Permainan saham ini, menurut Yanuar, sebenarnya bisa dipidanakan. Namun,
di negara yang tanpa konsistensi hukum melawan korupsi, hal ini tak
pernah disentuh.

"Bahkan, Century yang jelas pemain hot money hanya dihukum ringan dan
penanganan hukumnya dilindungi bail out pemerintah. Hot money adalah
deal panas koruptor dengan kekuasaan melalui mekanisme pasar," ujarnya.

Ketidakpastian hukum ini, menurut Yanuar, sangat diinginkan oleh pemain
yang ingin mengambil untung dengan memainkan uang panas. "Di sisi lain,
orang semakin malas investasi ke sektor riil. Biaya bunga juga terus
membesar karena bank tergoda menanamkan uangnya di pasar kurs," lanjutnya.

Kondisi ini, ujar Yanuar, bisa dilihat dengan membandingkan saat
penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) Rate 2006 dengan saat ini.

"Pada tahun 2009 BI Rate elastisitasnya ke penurunan bunga kredit dan
alokasi kredit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006 (BI Rate 12,5
persen). Itu juga ukuran, ke sektor riil, investor (bahkan bank kita
sendiri) semakin malas mengucurkan kredit dan asyik di hot money," katanya.

BI Rate kini berada pada 6,5 persen, sementara bunga kredit berkisar di
atas 15 persen.

Ismed menegaskan, jika situasi antara KPK dan polisi tersebut terus
bergulir dan dibiarkan saja oleh presiden, dampaknya akan sangat
membahayakan perekonomian Indonesia ke depan.

"Terbukti, Rembuk Nasional yang diharapkan sebagai langkah awal
pemerintah memacu perekonomian tidak mendapat respons memadai akibat
langkah blunder polisi," ujar Ismed berkaitan dengan Rembuk Nasional
pada 29-30 Oktober yang menyangkut langkah kebijakan ekonomi,
kesejahteraan, dan politik Indonesia lima tahun ke depan.

Menurut Ismed, investasi asing dan domestik yang sangat dibutuhkan
Indonesia diyakini tak akan terjadi karena semua investor akan wait and
see, menunggu langkah konkret presiden menangani arogansi polisi.
Padahal, pemerintah membutuhkan investasi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi 7 persen guna bisa menekan angka pengangguran. (FAJ/AIK)

Editor: ono
Sumber : Kompas Cetak