Subang - Berkat ide kreatifnya, Udin Saifudin sukses mengembangkan
bisnis kerupuk sangrai yang dirintisnya sejak tahun 1974. Orang menyebut
kerupuk buatan Udin ini sebagai 'kerupuk miskin' karena kerupuk ini
digoreng dengan menggunakan pasir.
"Sebelumnya saya hanya bantu orang tua. Tetapi ketika orang tua
meninggal sejak tahun 1974 saya yang mengambil alih," ujar Udin saat
berbincang dengan detikFinance, di kediamannya, jalan raya Purwadadi,
Subang, Minggu (17/5/2009).
Udin menjelaskan, awalnya ia dan istrinya menjual kerupuk biasa yang
digoreng dengan menggunakan minyak goreng. Namun karena kurang laku dan
dagangannya sering bersisa, maka sejak tahun 1990-an Udin beralih
menggunakan pasir untuk menggoreng kerupuk buatannya.
"Kalau pakai minyak lakunya kurang, banyak barang sisa. Kalau ini selalu
langsung habis. Dulu tidak ada yang goreng pakai pasir, eh sekarang
banyak yang ikut-ikutan," ungkap ayah dari lima anak ini.
Selain lebih murah, alasan Udin menggoreng dengan pakai pasir karena
lebih sehat dari pada menggunakan minyak goreng. Lagipula pembeli tidak
perlu khawatir karena pasir yang digunakan Udin sudah dicuci terlebih
dahulu sebelum digunakan.
"Kalau pakai minyak goreng, orang yang sedang batuk, sakitnya bisa makin
parah. Kalau ini mah sakit batuk juga tidak berefek," jelas pria berusia
55 tahun ini.
Meskipun begitu, Udin mengaku, dengan digunakannya pasir maka ia harus
lebih bersabar ketika memasak kerupuk. Sebab untuk menyanggrai 100
kaleng kerupuk membutuh waktu empat jam. Padahal jika pakai minyak
goreng waktu yang diperlukan hanya sekitar seperempat jam.
"Tapi rasanya kan beda, lebih khas dan renyah," tuturnya.
Gurihnya rasa kerupuk buatan Udin ini juga tidak lepas dari bahan-bahan
yang digunakannya. Adapun bahan-bahan yang digunakan Udin dalam meramu
kerupuknya yaitu tepung singkong, bawang merah, jengkol, penyedap ras,
garam dan zat pewarna.
"Kemudian dibentuk lalu dijemur paling satu hari, di hari kedua kering
dan bisa disangrai. Kalau musim hujan, biasanya kami menggunakan oven."
Udin menyatakan dalam sehari ia bisa menjual sekitar 100 kaleng dengan
harga sekaleng sekitar Rp 7.000. Omset rata-rata yang peroleh Udin
sekitar Rp 21 juta per bulan.
"Paling ramai waktu lebaran, bisa 200 sampai 300 kaleng per hari. Kalau
libur sekolah panjang juga ramai," aku Udin yang kini dibantu oleh enam
orang pegawai.
Jika dulu Udin harus berkeliling untuk menjual kerupuk buatannya, kini
ia hanya tinggal ongkang-ongkang kaki karena kini pembelilah yang
menyambangi rumahnya.
"Dulu saya jualan keliling, tapi sekarang tidak jual kemana-mana, Tunggu
saja orang yang datang. Kalau sudah coba beli disini, tidak akan
kemana-mana, siang malam datang kesini," jawab Udin sambil tersenyum senang.
Udin Saifudin
Kampung warung asem,
Jalan raya Purwadadi, Subang(epi/lih)
Sumber : Detik Finance
No comments:
Post a Comment